Enny Arrow Tante Sonya

88square sonya [url=sonya[/url]. Enny arrow [url=arrow[/url]. Foto girang tante[/url] indonesiasexindex.

Quote: Di tahun 1980-an tentu saja belum dikenal internet di Indonesia, juga belum ada teknologi bernama telepon genggam yang juga membawa sisi negatif maraknya film film berdurasi pendek yang biasanya mempunyai penggemar sendiri. Film film biru yang masih dikemas dengan format video juga hanya beredar di kalangan atas saja.

Lalu dari manakah para remaja remaja masa dekade 80 memperoleh referensi tentang seks? Gerdek hikayele. Jawabannya adalah dari novel novel stensilan atau Enny Arrow, yang biasa dijajakan secara sembunyi sembunyi di antara para pedagang koran,kios kios buku bekas atau lapak lapak buku kaki lima. Ada banyak nama pengarang yang dikenal menyuguhkan cerita cerita dewasa tersebut namun yang paling terkenal adalah Enny Arrow. Siapakah Enny Arrow? Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya di balik nama tersebut. Yang jelas Enny Arrow hanyalah sebuah nama samaran, sebelum kemudian banyak pengarang pengarang lain yang kemudian ikut ikutan menggunakan nama tersebut demi mendongkrak ‘rating’.

Beredar di media sosial Enny Arrow, adalah nama yang begitu melekat dalam dunia penulisan Indonesia pada tahun 1977-1992, karya-karyanya adalah yang paling banyak dibaca generasi muda Indonesia, terlahir dengan nama Enny Sukaesih Probowidagdo, lahir di Desa Hambalang, Bogor tahun 1924. Memulai karirnya sebagai wartawan pada masa pendudukan Jepang, belajar Steno di Yamataka Agency, kemudian direkrut menjadi salah satu propagandis Heiho dan Keibodan. Pada masa Revolusi Kemerdekaan, Enny Arrow bekerja sebagai wartawan Republikein yang mengamati jalannya pertempuran di seputar wilayah Bekasi. Pada tahun 1965 Enny Sukaesih menulis karangan dengan judul 'Sendja Merah di Pelabuhan Djakarta' karangannya ini merupakan pertama kali ia mengenalkan nama samaran sebagai 'Enny Arrow' kata Arrow ia dapatkan sesuai dengan nama toko penjahit di dekat Kalimalang yang bernama Tukang Djahit 'Arrow', di toko tempat penjahit itulah Enny Sukaesih pernah bekerja sebagai penjahit pakaian.

Setelah Gestapu 1965, suasana politik tidak menentu, Enny Arrow kemudian berkelana ke Filipina pada bulan Desember 1965, dari Manila ia pergi ke Hong Kong dan kemudian ia mendarat di Seattle Amerika Serikat pada bulan April 1967. Di Amerika Serikat Enny Arrow belajar penulisan kreatif bergaya Steinbeck, setelah menemukan irama Steinbeck, Enny Arrow mencoba menuliskan beberapa karyanya di koran-koran terkenal Amerika Serikat, salah satu karya Enny Arrow adalah novel dengan judul: 'Mirror Mirror'.

Pada tahun 1974 dia kembali ke Djakarta dan bekerja di salah satu perusahaan asing di Jakarta sebagai copy writer atas kontrak-kontrak bisnis, semasa kerjanya ini Enny Arrow rajin menuliskan karya sastra yang amat bermutu, karya sastranya yang disebut-sebut mengalahkan popularitas Ali Topan Anak Jalanan adalah 'Kisah Tante Sonya'. Pada tahun 1980 karya Enny Arrow mendapatkan sambutan yang luar biasa di banyak penerbit-penerbit rakyat di sekitaran Pasar Senen. Enny Arrow bukan saja penulis yang berkibar karena karya-karyanya, ia juga merupakan penantang atas sastra-sastra yang berpihak pada kaum pemodal, sampai pada kematian Enny Arrow pada tahun 1995 tak satupun orang Indonesia tau siapa Enny Arrow, dan dia menolak bukunya dijual di toko-toko buku besar. Quote: Novel-novel karangan Enny Arrow memang begitu vulgar dan hanya mengekspos segala kebinalan seks secara terang terangan. Sudah tentu novel novel Enny Arrow tidak mempunyai tema atau jalan cerita yang jelas, karena memang penulisan novel stensilan ini tentunya memang dimaksudkan hanya untuk menggugah syahwat pembacanya. Dan sudah barang tentu tidak bertujuan menyimbolisasikan apa apa selain menyuguhkan fantasi aktivitas seksual yang badaniah itu sendiri, kendatipun fakta bahwa teks teks demikian itu ada dan beredar secara sembunyi-sembunyi di tengah masyarakat mungkin bisa menyiratkan kenyataan tertentu di luar teks, semacam berlangsungnya represi moral yang terlampau berlebihan atas kehidupan seksual masyarakat, adanya kemunafikan sosial yang terpendam, serta pelecehan diam diam atas nilai nilai yang berlaku. Quote: Pengarang juga tidak jarang menyebutkan secara eksplisit organ-organ anatomi manusia, dengan tujuan apalagi kalau bukan untuk membangkitkan syahwat pembacanya, dengan bahasa yang vulgar dan hiperbolis.